Bagaimana rasanya puluhan tahun berdagang cemilan di kios kecil di pasar Bulu Semarang?

Hal itu dijalani oleh Ibu Lis, seorang ibu setengah baya yang telah berjualan cemilan sejak awal tahun 2.000an. Cemilan memang salah satu makanan yang banyak dicari oleh masyarakat karena sifatnya ringan, mudah dimakan kapan saja dan dimana saja. Idealnya berjualan cemilan menjanjikan keuntungan yang besar.

Namun nyatanya sebaliknya, pernah merasakan manisnya hasil berjualan cemilan, saat ini justru Ibu Lis merasa jualan tidak lagi mudah. Omzetnya tidak lagi semanis dulu. Bahkan ia harus mengurangi jumlah stok cemilannya agar tidak "mangkrak" dan berujung "apek" atau basi.

Hal ini dikarenakan banyak konsumennya yang dulu beralih membeli cemilan dengan cara online. Ibu Lis yang tidak menguasai teknologi ini kesulitan untuk mengejar tren cara beli orang-orang tersebut. Sehingga Ibu Lis hanya mampu bertahan berjualan di kios kecilnya ini.

Namun, meskipun hanya berjualan di pasar, Ibu Lis selalu menjaga kualitas dagangannya. Aneka jenis cemilan masih tetap tersedia, mulai dari pangsit pedas, keripik pisang, singkong keju, pang-pang, hingga cemilan dengan rasa kekinian seperti green tea.

Sedulur Bhakti bisa borong cemilan dagangan Ibu Lis ini untuk teman perayaan malam tahun baru besok. Selain itu juga sedulur ikut membantu Bu Lis tetap bertahan ditengah gempuran trend makanan kekinian yang banyak dijual online.

Sedulur Bhakti tidak usah ragu, karena toko Ibu List terbukti mampu bertahan selama puluhan tahun berjualan. Langsung saja komen atau DM minsar untuk info lokasi atau nomor Bu Lis.

Yuk, saatnya kita dukung pedagang-pedagang kecil maupun UMKM sekitar agar bisa terus bertahan. Karena mereka penggerak ekonomi keluarga dan negara.

Link : IG KSP Sarana Bhakti